Seringkali kita dapati, didaerah-daerah pinggiran kota atau di daerah perkampungan, pembangunan rumah  di lingkungan tersebut hanya melibatkan si pemilik rumah dengan si tukang bangunan.

Terkadang pembangunan tersebut dilakukan tanpa sketsa perencanan sama sekali, hanya berdasarkan pembicaraan antar pemilik rumah dengan tukang bangunan mengenai letak-letak ruang yang diinginkan oleh pemilik rumah. Sering pula, untuk tampak bangunan, si pemilik rumah mencari majalah atau tabloid yang ada gambar rumah, dan kemudian meminta tukang untuk membuat bentuk tampak bangunan seperti di majalah/tabloid tersebut, tanpa mempertimbangkan kecocokan tampak bangunan dengan denah yang dibuat. sehingga begitu bangunan selesai, tampak bangunan terlihat dipaksakan dengan kondisi denah.

Hal diatas adalah salah satu contoh akibat dari pembangunan rumah yang tanpa perencanaan yang matang, tak terkecuali untuk rumah kecil. Resiko diatas masih termasuk ringan, karena hanya resiko tampilan atau estetis bangunan. Namun resiko yang lebih besar sebenarnya justru dari kenyamanan bangunan tersebut karena sering terjadi membuat kamar atau ruang sama sekali tidak memiliki mempertimbangkan sirkulasi udara maupun lubang cahaya dari luar sehingga ruang menjadi lembab dan panas.

Harap diingat, sekecil apapun rumah yang anda bangun, tetap saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Baik dari harga material bangunan maupun biaya tukang. Dan dengan biaya yg tidak sedikit tsb, anda membangunan rumah tanpa perencanaan yang matang? dengan resiko kenyamanan dari rumah itu nantinya?

Dapat kita bayangkan seandainya anda membangun rumah dengan biaya yg tidak sedikit, dan begitu rumah itu jadi, anda merasa tidak nyaman, dan anda terpaksa tinggal di rumah tersebut sepanjang hari dengan penuh ketidak nyamanan. Seandainya dana anda masih ada, mungkin tidak menjadi masalah krn anda bisa perbaiki disain rumah tersebut, namun berapa banyak uang yg harus anda buang untuk mendapatkan kenyamanan hanya karena anda membangun rumah dengan cara try and error? itupun seandainya dana anda masih ada. Bagaimana bila anda telah habis-habisan membangun rumah tersebut sehingga tidak ada dana yang tersisa? Tidak ada pilihan lain, anda akan tinggal di rumah yang tidak nyaman dan dengan hati penuh penyesalan.

Saya dapat memahami, banyak orang beranggapan, saat membangun rumah, mereka tidak membutuhkan arsitek, krn mereka berfikir, cukup mencari tukang yang ahli dan pengalaman yang mengerti kekuatan struktur bangunan yang dibutuhkan, maka rumah pun akan berdiri.

Padahal, tugas arsitek tidak hanya sebatas itu, tidak hanya mendisain bangunan berdasarkan ilmu teknik, tetapi juga ilmu psikologi.

Saya jadi ingat, dulu sewaktu kuliah di jurusan arsitektur, ada salah satu mata kuliah yang namanya Perilaku Arsitektur, dan saya pernah mendapat tugas kuliah untuk mengamati perilaku manusia di suatu bangunan dan juga di ruang publik. Disana kami mengamati tingkah laku mereka setelah itu kami analisa.

Nah, maksud cerita saya diatas adalah, bahwa tugas arsitek tidak hanya memikirkan hal-hal teknis dari bangunan, tetapi juga memastikan bahwa disain yang dibangun sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan penghuni.

Kita kembali ke pembahasan diawal tadi, intinya adalah sekecil apapun rumah yang anda bangunan, anda tetap membutuhkan perencanaan yang matang sehingga tiap rupiah yang anda keluarkan tidak berakhir dengan penyesalan.

Membangun rumah tidak hanya sekedar mencari tukang yang berpengalaman, tetapi juga membutuhkan disain perencanaan karena disain bangunan itu bukan hanya sekedar membagi luas tanah dengan sejumlah kotak kotak ruang tapi mendisain bangunan adalah mengatur layout ruang dan memastikan ruang yang terbentuk itu memiliki pencahayaan alamai, dan sirkulasi udara yang baik sehingga rumah tersebut nyaman untuk ditinggali.

Mudah-mudahan artikel saya kali ini bermanfaat untuk anda sekalian.